Ritual Besar Suku Dayak di Kalimantan Tengah
PT BEST
PROFIT FUTURES BANDUNG, PT Bestprofit – Suku Dayak di Kalimantan Tengah
memiliki ragam tradisi. Suku Dayak umumnya terbagi atas berbagai sub suku, di
antaranya Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Ma'anyan, Dayak Lawangan, Dayak
Taboyan, Dayak Siang, dan lainnya.
Masing-masing suku tersebut juga memiliki keunikan
ritual tersendiri. Bagi masyarakat setempat, tradisi berupa upacara ritual Suku
Dayak umumnya dibagi menjadi dua, yaitu ritus kehidupan dan kematian. Dari
semua upacara ritual tersebut, lima di antaranya disebut sebagai ritual besar
yang melibatkan banyak orang dan dana. Apa saja?
1. Tiwah
Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat
akhir masyarakat Suku Dayak, khususnya Dayak Pedalaman penganut agama
Kaharingan. Agama Kaharingan merupakan agama leluhur masyarakat Dayak.
Upacara tiwah merupakan upacara kematian yang
digelar untuk seseorang yang telah meninggal dan dikubur cukup lama dan hanya
menyisakan tulang. Ritual ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan roh atau
arwah menuju Lewu Tatau yang dalam bahasa Sangiang berarti surga.
Dengan ritual Dayak ini, diharapkan roh bisa
tentram dan damai di alam Sang Kuasa. Selain itu, ritual ini juga bertujuan
untuk melepas rutas atau kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan. Tiwah juga
berujuan untuk melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan yang telah
berkeluarga.
2. Pakanan Sahur Lewu
Upacara pakanan sahur lewu merupakan upacara
memberi persembahan sebagai penghormatan kepada para leluhur yang menjaga
kampung. Upacara ini bertujuan untuk melindungi desa atau kampung dari mara
bahaya, sehingga bisa hidup dalam keamanan.
Nama 'pakanan' berarti memberikan persembahan
berupa sesajen kepada para leluhur atau orang-orang suci. Sementara itu,
'sahur' diartikan sebagai leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan
manusia, memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah dan anugerah
bagi yang mempercayai-Nya.
Adapun 'lewu' berarti kampung atau desa tempat
bermukimnya suatu penduduk pada suatu wilayah. Melalui ritual ini, diharapkan
masyarakat dapat hidup tentram, rukun, damai, dan mendapatkan rezeki berlimpah.
Upacara ini umumnya dilakukan sekali dalam setahun
setelah panen. Jika disesuaikan dengan kalender Dayak, upacara ini bertepatan
dengan tahun baru kalender Dayak, yakni sekitar bulan Mei dalam hitungan
Kalender Masehi.
3. Nahunan
Nahunan merupakan ritual memandikan bayi secara
ritual menurut kebiasaan Suku Dayak. Tujuan ritual ini adalah sebagai prosesi
pemberian nama sekaligus pembaptisan menurut agama Kaharingan.
Upacara nahunan berasal dari kata 'nahun' yang berarti
tahun. Dengan demikian, ritual ini umumnya digelar untuk bayi yang telah
berusia satu tahun atau lebih. Selain sebagai sarana pemberian nama, nahunan
juga dimaksudkan sebagai upacara membayar jasa bagi bidan yang membantu proses
persalinan.
4. Manyanggar
Istilah 'manyanggar' berasal dari kata 'sangga'
yang berarti batasan atau rambu-rambu. Upacara manyanggar kemudian diartikan
sebagai ritual untuk membuat batas-batas berbagai aspek kehidupan dengan
makhluk gaib yang tidak terlihat.
Masyarakat setempat percaya dunia ini tak hanya
dihuni manusia, tetapi juga makhluk halus. Dengan membuat rambu-rambu dengan
roh halus, diharapkan keduanya tidak saling mengganggu alam dan kehidupan
masing-masing.
Selain itu, ritual ini juga dimaksudkan sebagai
ungkapan penghormatan terhadap batasan kehidupan makluk lain. Ritual ini
biasanya digelar saat manusia ingin membuka lahan baru untuk pertanian atau
tempat tinggal.
5. Pakanan Batu
Pakanan batu adalah ritual tradisional yang digelar
setelah panen ladang atau sawah. Ritual ini bertujuan sebagai ungkapan rasa
syukur dan terima kasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam.
Peralatan-peralatan tersebut merupakan alat yang
digunakan, mulai dari membersihkan lahan hingga menuai hasil panen. Adapun
benda atau barang yang dituakan dalam ritual ini adalah batu.
Batu dianggap sebagai sumber energi yang dapat
menajamkan alat-alat yang digunakan untuk becocok tanam. Pasalnya, benda
tersebut memang berguna untuk mengasah parang, balayung, kapak, ani-ani, atau
benda dari besi lainnya.
Selain memberikan kelancaran pekerjaan, bagi para
pemakai peralatan bercocok tanam dan berladang, batu juga dianggap telah
memberikan perlindungan bagi si pengguna peralatan. Mereka berterima kasih
karena selama bercocok tanam tak mengalami luka atau musibah.
Sumber
liputan6.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best
profit, bestprofit, pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt
bpf, bestprofit futures, pt bestprofit futures, Bestprofit futures, pt best
profit futures
PT
BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Comments
Post a Comment