Kolesterol Juga Bisa Dialami Orang Kurus
PT BEST PROFIT FUTURES BANDUNG, Bestprofit - Selama ini, ketika membahas mengenai kolesterol, biasanya risiko
ini selalu diidentikkan pada mereka dengan badan gemuk.
Namun, faktanya, permasalahan terkait kolesterol ini juga bisa dialami
oleh orang berbadan kurus. Bukan hanya orang gemuk, kelainan kolesterol atau
disebut dislipidemia bisa juga dialami mereka yang bertubuh kurus, menurut
Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam
FKUI-RSCM, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD.
"Orang dengan kolesterol tinggi enggak mesti gemuk. Jangan
berpikir, orang yang kolesterol tinggi selalu identik dengan gemuk. Orang yang
kolesterol tinggi itu bisa bawaan, enggak mesti orang diabetes dan
obesitas," ujarnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Masalah kesehatan ini sebenarnya mencakup semua kelainan metabolisme
lipid di dalam tubuh seseorang beragam spektrum mulai dari tidak ada keluhan
sampai mereka dengan terkena stroke dan lainnya.
Kebanyakan pasien dislipidemia pada awalnya tak mengalami keluhan.
Kalaupun ada biasanya sebatas pegal-pegal, tengkuk terasa tidak nyaman, sakit kepala.
Penyebabnya terbagi dua yakni primer dan sekunder.
Pada penyebab primer, biasanya karena kelainan bawaan dan kolesterol
LDL atau trigliserida sangat tinggi. Sementara pada penyebab sekunder antara
lain gaya hidup tak sehat seperti jarang bergerak, asupan makanan tinggi
kolesterol dan karbohidrat, penyakit diabetes dengan kebocoran ginjal,
hipotiroid, sirosis bilier dan mengonsumsi obat-obatan tertentu sehingga
menyebabkan kolesterol tinggi.
Manifestasi penyakit ini bisa bermacam-macam seperti arkus senilis
yang ditandai adanya warna putih di pinggiran kornea biasanya karena kolesterol
tinggi, xantelasma pada kelopak mata atau xantoma tendon achiles, siku dan
lutut serta lipatan-lipatan sendi. Kondisi ini terjadi saat LDL sangat tinggi.
Pada kondisi trigeliserida yang sangat tinggi (lebih dari 500 mg/dL)
dapat memunculkan radang akut pada pankreas, menyebabkan mual, muntah,
kesemutan, tidak enak badan akibat darah yang kental, rasa sesak napas dan
gangguan kesadaran.
"Kalau ekstrem tinggi dan jarang ditemukan, darah menjadi putih
karena kolesterol tinggi, ada kelainan di retina," tutur Tri Juli.
Cara Mendiagnosis Dislipidemia
Menurut Tri Juli, dokter dalam mendiagnosis dislipidemia tidak sebatas
mempertimbangkan panduan angka-angka yang menunjukkan target kadar kolesterol
total hingga kolesterol LDL atau kerap disebut kolesterol jahat.
"Ini nilai-nilai yang diinginkan, sebaiknya dicapai. Kalau
mendeteksi kelainan itu kolesterol total di atas 240, kolesterol LDL di atas
160. Ini panduan umum saja dan masing-masing pasien punya target tertentu, apa
dia kencing manis, kena serangan jantung, stroke, masalah ginjal dan
sebagainya," kata dia.
Sebagai gambaran, kolesterol total yang diinginkan umumnya kurang dari
200 mg/dL dan dikatakan sedikit tinggi bila 200-239 mg/dL, sudah masuk kategori
tinggi bila sudah di atas 240 mg/dL. Untuk kolesterol LDL, optimalnya di bawah
100 mg/dL, mendekati optimal pada 100-129 mg/dL, sedikit tinggi bila 130-159
mg/dL, tinggi 160-189 mg/dL dan sangat tinggi lebih dari 190 mg/dL.
Untuk kolesterol HDL, dikategorikan rendah bila di bawah 40 mg/dL dan
tinggi apabila di atas 60 mg/dL, sementara untuk trigliserida normalnya di
bawah 150 mg/dL, sedikit tinggi 150-199 mg/dL, tinggi 200-499 mg/dL dan sangat
tinggi di atas 500 mg/dL.
Dokter biasanya akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada mereka
dengan kecurigaan kelainan lemak, kemudian melakukan pemeriksaan fisik hingga
meminta pasien menjalani pemeriksaan laboratorium yang yang umumnya
mengharuskan mereka puasa 12 jam (tetap boleh minum air putih).
Orang-orang dengan faktor risiko disarankan melakukan penapisan
dislipidemia. Mereka ini antara lain: perokok, diabetes, hipertensi, riwayat
PJK, keluarga dengan dislipidemia, penyakit ginjal kronik, penyakit inflamasi
kronik, jarang gerak, lingkar pinggang di atas 90 cm (laki-laki) atau 80 cm
(perempuan), disfungsi ereksi, aterosklerosis atau aneurisma abdominal,
obesitas (IMT di atas 25), usia di atas 40 tahun (pria dan di atas 50 tahun
(wanita) dan menopause.
"Sebaiknya diskrining dari awal. Kalau sudah sesuai target nanti
dokternya akan mengklasifikasikan risikonya berdasarkan skor, misalnya risiko
terkena serangan jantung berapa tahun lagi, semuanya dikalkulasi sehingga nanti
diputuskan apa ini perlu obat atau tidak atau cukup dengan jaga makan,
perbanyak langkah, istirahat cukup," tandas Tri Juli.
Sumber
merdeka.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best profit,
bestprofit, pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt bpf, bestprofit
futures, pt bestprofit futures, best profit futures, pt best profit futures
PT BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Comments
Post a Comment